
Budi Hartoyo, Alumnus UNAIR yang Aktif Jadi Penggerak Yayasan Sosial – Universitas Airlangga Official Website
UNAIR NEWS – Budi Hartoyo, alumnus Universitas Airlangga (UNAIR), telah membuktikan bahwa seseorang dapat meraih karir yang gemilang di luar jurusan kuliahnya. Lulusan Program Studi Matematika, Fakultas Sains Teknologi (FST) UNAIR itu kini sukses berkiprah sebagai penggerak yayasan sosial. Selama dua dekade terakhir, Budi menjadi sosok penting di balik Forum Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Kota Surabaya, sekaligus yayasan Bilyatimi Peduli Nusantara, Peduli Pendidikan, dan Yatama Saadah Barokah.
Semasa berkuliah, Budi tak jarang meluangkan waktunya untuk mengamati fenomena sosial di sekitar. Salah satu pengalaman yang membekas di hatinya adalah pertemuannya dengan anak-anak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sedang memilah sampah. Ia mengungkapkan bahwa kondisi tersebut belum pernah ia temui di kampung halamannya.
“Pemandangan itu membuat saya terenyuh. Di sana banyak anak yang tidak sekolah dan yang bersekolah pun terganggu belajarnya karena harus membantu orang tua. Dari situ, saya berinisiatif membuat kegiatan untuk membangkitkan semangat mereka supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” ucapnya.
Berjiwa Sosial Sejak Muda
Budi memulai kiprahnya di bidang sosial sebagai relawan selama tiga tahun untuk memperkuat niat dan komitmennya. Pada tahun 2004, ia bergabung ke salah satu lembaga sosial untuk terjun langsung dan belajar dari pengalaman praktis.
“Selama tiga tahun itu, saya berusaha membantu semaksimal mungkin tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Kemudian, saya bergabung ke salah satu lembaga sosial untuk mempelajari dua hal penting, yaitu struktural dan kultural lembaga sosial itu bagaimana,” ujar Budi.
Pengalaman tersebut menginspirasi Budi bersama rekan-rekannya untuk mendirikan sebuah yayasan yang dapat memberikan solusi nyata terhadap permasalahan masyarakat. Budi menjelaskan bahwa hal pertama yang harus diperhatikan dalam mendirikan yayasan adalah niat. Menurutnya, dalam situasi paling sulit sekalipun, niat yang kuat akan membantu seseorang untuk tetap bertahan.
“Intinya adalah bersikap responsif terhadap permasalahan di masyarakat. Ketika muncul masalah atau ketidakseimbangan di masyarakat, hal pertama yang perlu kita renungkan adalah, apakah kita bisa menemukan solusinya? Jika tidak, kita harus mampu memberikan nilai atau value. Prinsip inilah yang menjadi dasar utama dalam mendirikan yayasan sosial,” terang Budi.
Berdampak bagi Masyarakat
Tak hanya berfokus pada pendidikan, yayasan sosial yang Budi gagas juga berfokus pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat. Salah satu inisiatifnya adalah pemberdayaan usaha pengolahan ikan asap, yaitu grosir ikan Fresh Barokah. Tujuannya untuk membantu lembaga sosial tetap eksis sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Selama pandemi COVID-19, Budi bersama rekannya tetap aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menjalankan program pemberdayaan masyarakat. Salah satu program inovasinya kala itu merupakan pelatihan budi daya ikan lele dalam ember dan pembuatan hidroponik. Inisiatif ini mengantarkan Budi meraih penghargaan Juara I LKS di tingkat Jawa Timur oleh Gubernur Jawa Timur, Dr HCUA Hj Khofifah Indar Parawansa, serta Juara II LKS di tingkat nasional dalam ajang Padmamitra Award.
“Di tengah pandemi, kami berusaha tetap eksis dan aktif menjalankan kegiatan sosial. Saya bersama rekan-rekan forum rutin mendatangi masyarakat yang membutuhkan bantuan selama dua kali sebulan. Kami juga berkolaborasi dengan berbagai pihak,” tambahnya.
Sebagai penutup, Budi menyampaikan pesan bahwa segala kebaikan yang kita lakukan sekecil apa pun, tidak akan pernah sia-sia. “Sebagai umat beragama, kita harus terus berupaya memberikan dampak positif bagi masyarakat demi kemaslahatan bersama,” pungkasnya.
Penulis: Raissyah Fatika
Editor: Yulia Rohmawati
Sumber: https://unair.ac.id/budi-hartoyo-alumnus-unair-yang-aktif-jadi-penggerak-yayasan-sosial/
Alumnus Unair dan Kader NU Surabaya Ini Sukses Jadi Seorang Filantropis
Surabaya, – Orang kebanyakan akan berpikir bahwa setiap lulusan perguruan tinggi negeri akan berkecimpung di dunia yang berkaita dengan akademis. Namun tidak dengan pria paruh baya satu ini. Namanya mudah diingat dan simpel. Budi Hartoyo. Yah, pria kalem tapi serius ini menjadi bukti bahwa lulusan kampus ternama bisa sukses tidak melulu berurusan dengan sesuatu yang bersifat akademis. Ia adalah seorang aktifis filantropi.
Budi Hartoyo merupakan alumnus jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) atau di eranya dinamakan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Airlangga (Unair). Ia adalah sosok penting dibalik Forum Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Kota Surabaya, sekaligus Yayasan Bilyatimi Peduli Nusantara, Peduli Pendidikan, dan Yatama Saadah Barokah.
Dalam keterangannya pada media ini, Budi berkisah bahwa jiwa sosialnya sudah terpupuk semenjak dirinya berkuliah di Unair. Momen paling berkesan, menurutnya adalah ketika dirinya bertemu dengan anak-anak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sedang memilah sampah. Pemandangan tersebut membuat hati Budi terenyuh. Karena ternyata mereka banyak yang tidak sekolah dan jika memang ada yang sekolah jelas mengganggu waktu belajar mereka dengan pekerjaan memilah sampah dalam rangka membantu perekonomian keluarga yang memang sudah sangat kekurangan.
“Pemandangan tersebut belum pernah saya temukan di kampung halaman saya. Karena itulah, saya berinisiatif membuat kegiatan untuk membangkitkan semangat mereka supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” ujarnya, Jumat (27/12/2024). Budi pun menjadi relawan di sektor sosial selama kurun waktu 3 tahun lamanya.
“Selama tiga tahun tersebut saya aktif melakukan giat filantropis tanpa mengharapkan imbalan lalu setelah tiga tahun lamanya saya bergabung ke salah satu lembaga sosial untuk mempelajari dua hal penting, yaitu struktural dan kultural lembaga sosial itu bagaimana. Jadi saya sekalian belajar ilmu pengelolaan lembaga filantropisnya,” papar Budi menambahkan.
Mulai Mendirikan Yayasan Sendiri
Dari pengalaman sebagai relawan tanpa dibayar di sebuah lembaga sosial itulah kemudian Budi dan temannya mendirikan sebuah yayasan yang dapat memberikan solusi nyata terhadap permasalahan masyarakat. “Hal pertama yang harus diperhatikan dalam mendirikan yayasan adalah niat. Karena dalam situasi paling sulit sekalipun, niat yang kuat akan membantu seseorang untuk tetap bertahan di sektor sosial seperti ini,” tegasnya.
Menjadi seorang filantropis, lanjut Budi, harus memiliki sikap responsif terhadap problematika yang dihadapi masyarakat di masyarakat. Sehingga ketika masyarakat tengah menghadapi suatu permasalahan kita berpikir kira-kira solusi apa yang dapat diberikan guna membantu mereka. Lalu adakah nilai yang dapat diberikan pada masyarakat. Karena itulah, dalam menggerakan dan menjalankan yayasan sosialnya, Budi selalu berpikir mengenai bagaimana giat sosialnya tersebut diikuti denga giat pemberdayaan (empowering).
“Dalam upaya giat pemberdayaan itu, saya mencoba melakukan usaha pengolahan ikan asap, yaitu grosir ikan Fresh Barokah. Tujuannya untuk membantu lembaga sosial tetap eksis sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat,” tukasnya.
Bahkan, Budi berkisah bahwa saat pandemi Covid-19 menerjang Indonesia, ia bersama rekan filantropis lainnya juga melakukan giat pemberdayaan seperti pelatihan budi daya ikan lele dalam ember dan pembuatan hidroponik. “Saat pandemi Covid-19, kami berusaha tetap eksis dan aktif menjalankan kegiatan sosial. Kami rutin mendatangi masyarakat yang membutuhkan bantuan selama dua kali dalam sebulan dengan berkolaborasi bersama lembaga atau institusi lain,” papar kader NU Kecamatan Sawahan itu..
Inisiatif pria yang baru saja selesai mengikuti PD-PKPNU Angkatan X PCNU Kota Surabaya itu, membuatnya mampu meraih penghargaan Juara I LKS di tingkat Jawa Timur. “Kami menerima langsung penghargaan itu dari Gubernur Jatim yaitu Ibu Khofifah Indar Parawansa,” ujar pria yang dengan kegiatan filantropisnya tersebut juga menjadi Runner Up LKS tingkat nasional dalam ajang Padmamitra Award.
“Sebagai umat beragama, kita harus terus berupaya memberikan dampak positif bagi masyarakat demi kemaslahatan bersama,” pungkas pria yang juga aktif di LAZISNU PCNU Kota Surabaya itu.
(pkip/rafel/tommy)
Sumber: https://www.cakrawarta.com/alumnus-unair-dan-kader-nu-surabaya-ini-sukses-jadi-seorang-filantropis.html
Kisah Budi, Alumnus Prodi Matematika Unair yang Jadi Penggerak Yayasan Sosial
KOMPAS.com – Salah satu alumnus Universitas Airlangga (Unair) Budi Hartoyo membuktikan bahwa seseorang dapat meraiih karier yang gemilang di luar jurusan kuliahnya. Lulusan Program Studi Matematika, Fakultas Sains Teknologi (FST) Unair itu kini sukses berkiprah sebagai penggerak yayasan sosial. Selama dua dekade terakhir, Budi menjadi sosok penting di balik Forum Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Kota Surabaya, sekaligus yayasan Bilyatimi Peduli Nusantara, Peduli Pendidikan, dan Yatama Saadah Barokah. Semasa berkuliah, Budi tak jarang meluangkan waktunya untuk mengamati fenomena sosial di sekitar. Baca juga: Kisah Alfian, Mahasiswa Tunanetra Anak Tukang Tambal Ban Lulus S2 Unair Salah satu pengalaman yang membekas di hatinya adalah pertemuannya dengan anak-anak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sedang memilah sampah. Ia mengungkapkan bahwa kondisi tersebut belum pernah ia temui di kampung halamannya. Kematian 70 Sapi di Sumenep Artikel Kompas.id “Pemandangan itu membuat saya terenyuh. Di sana banyak anak yang tidak sekolah dan yang bersekolah pun terganggu belajarnya karena harus membantu orang tua. Dari situ, saya berinisiatif membuat kegiatan untuk membangkitkan semangat mereka supaya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” terang Budi seperti dikutip dari laman Unair, Jumat (27/12/2024). Berjiwa sosial sejak muda Budi memulai kiprahnya di bidang sosial sebagai relawan selama tiga tahun untuk memperkuat niat dan komitmennya. Pada tahun 2004, ia bergabung ke salah satu lembaga sosial untuk terjun langsung dan belajar dari pengalaman praktis. “Selama tiga tahun itu, saya berusaha membantu semaksimal mungkin tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Kemudian, saya bergabung ke salah satu lembaga sosial untuk mempelajari dua hal penting, yaitu struktural dan kultural lembaga sosial itu bagaimana,” tandas Budi. Pengalaman tersebut menginspirasi Budi bersama rekan-rekannya untuk mendirikan sebuah yayasan yang dapat memberikan solusi nyata terhadap permasalahan masyarakat. Budi menjelaskan bahwa hal pertama yang harus diperhatikan dalam mendirikan yayasan adalah niat. Menurutnya, dalam situasi paling sulit sekalipun, niat yang kuat akan membantu seseorang untuk tetap bertahan. “Intinya adalah bersikap responsif terhadap permasalahan di masyarakat. Ketika muncul masalah atau ketidakseimbangan di masyarakat, hal pertama yang perlu kita renungkan adalah, apakah kita bisa menemukan solusinya? Jika tidak, kita harus mampu memberikan nilai atau value. Prinsip inilah yang menjadi dasar utama dalam mendirikan yayasan sosial,” terang Budi.
Berdampak bagi masyarakat Tak hanya berfokus pada pendidikan, yayasan sosial yang Budi gagas juga berfokus pada pemberdayaan dan kemandirian masyarakat. Salah satu inisiatifnya adalah pemberdayaan usaha pengolahan ikan asap, yaitu grosir ikan Fresh Barokah. Tujuannya untuk membantu lembaga sosial tetap eksis sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Selama pandemi Covid-19, Budi bersama rekannya tetap aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menjalankan program pemberdayaan masyarakat.
Salah satu program inovasinya kala itu merupakan pelatihan budi daya ikan lele dalam ember dan pembuatan hidroponik. Inisiatif ini mengantarkan Budi meraih penghargaan Juara I LKS di tingkat Jawa Timur oleh Gubernur Jawa Timur, Dr HCUA Hj Khofifah Indar Parawansa, serta Juara II LKS di tingkat nasional dalam ajang Padmamitra Award. “Di tengah pandemi, kami berusaha tetap eksis dan aktif menjalankan kegiatan sosial. Saya bersama rekan-rekan forum rutin mendatangi masyarakat yang membutuhkan bantuan selama dua kali sebulan. Kami juga berkolaborasi dengan berbagai pihak,” tambahnya. Baca juga: Profil Pendidikan AHY: Lulusan S3 Terbaik Unair, Punya 3 Gelar Magister Budi menyampaikan pesan bahwa segala kebaikan yang kita lakukan sekecil apa pun, tidak akan pernah sia-sia. “Sebagai umat beragama, kita harus terus berupaya memberikan dampak positif bagi masyarakat demi kemaslahatan bersama,” pungkasnya.
Sumber: https://www.kompas.com/edu/read/2024/12/27/212946371/kisah-budi-alumnus-prodi-matematika-unair-yang-jadi-penggerak-yayasan-sosial?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Referral&utm_campaign=Top_Mobile